Mendengkur atau akrab disebut ngorok terkadang dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Padahal, mendengkur ternyata bisa mengundang berbagai penyakit.
Pakar
Kesehatan Tidur, Rimawati Tedjasukmana, Sp.S, RPSGT, mengatakan
mendengkur merupakan salah satu gejala penyakit Obstrutuktive Sleep
Apnea (OSA), sebuah penyakit dimana terdapat potensi pernapasan berhenti
selama tidur.
Rasa
kantuk pada siang hari berlebihan, mendengkur dengan suara keras, nafas
terhenti saat tidur, terbangun disertai sesak nafas, mulut kering,
sakit kepala dan sering buang air kecil saat malam hari adalah gejala
seseorang mengalami OSA. Biasanya penderita OSA dialami orang yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas.
Gejala
itu, sambung Rima, mungkin terlihat ringan. Padahal, dampaknya cukup
serius seperti misal menyebabkan hipertensi, diabetes, jantung, stroke,
kecelakaan lalu lintas, depresi, antietas dan Iribilitas.
"Riset
yang dipublikasikan Universitas John Hopkins menyatakan 46 persen dari
pasien OSA berat akan meninggal lebih dinii," kata Rima saat berbicara
dalam workshop 'Bahaya Dibalik Mendengkur' di Jakarta, Kamis (14/3).
Karena
itu, lanjut Rima, bagi yang mengetahui teman, pasangan atau keluarga
yang diketahui mendengkur namun sempat berhenti nafas maka harus
diingatkan agar mendapatkan pengobatan. "Sebagai catatan lain, setiap
jenjang umur rentan terhadap penyakit ini," ungkap Rima yang menyebut mendengkur bukan karena mengantuk .
Adapun
pengobatan yang dilakukan antara lain, menggunakan perangkat medis
untuk menjaga jalan nafas terbuka atau menjalani rangkaian prosedur
medis untuk menghapus jaringan yang mengganggu di hidung, mulut atau
tenggorokan.
"Dalam
kasus ringan, OSA dapat dicegah dengan melakukan perubahan gaya hidup.
Namun untuk kategori parah perlu dilakukan perawatan lain seperti
terapi, perangkat oral, dan operasi. Yang pasti, OSA dapat disembuhkan,"
ungkapnya
Terkait
solusi, kata Rima, hingga kini belum ditemukan solusi alami untuk
mencegah, apakah itu berolahraga atau apa. "Aboriginan Australia punya
alat musik yang dapat diketahui melatih otot pernafasan bagian atas.
Tapi belum bisa dibuktikan. Jadi, tidak ada olahraga yang secara khusus
untuk melatih otot-otot pernafasan atas," pungkas dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar